Al Harkan

A Personal Blog

Cerita dari Kepulauan Sula (1) – Ke Sula

Masih 3 minggu yang lalu saya mendarat di kota elok yang dulunya adalah ibukota Nusantara, sebelum pindah ke Batavia. Lalu menumpang kapal selama 14 jam, setengah hari semalam, ke daerah dengan sinyal padam. Setibanya di kabupaten tujuan, kami melanjutkan perjalanan hingga 6 hari ke depan, mengunjungi sekolah-sekolah di bagian pulau tepian. Bertemu pantai terindah dan menahan terik yang membuat tak betah, menghabiskan waktu di tengah laut sampai sinar matahari surut, menyeberangi selat berbahaya yang konon bak segitiga bermuda, bertemu para penggerak yang berbagi cerita bijak, dan merasakan keramahan lokal di balik jalan-jalan terjal. (more…)

Edmond Kirsch’s Presentation on The Origin of Life – from Dan Brown’s Book

Kirsch’s voice boomed down from the heavens. Hundreds of guests were reclined on blankets, gazing up into a dazzling sky of stars. Robert Langdon lay near the center of the field, caught up in the growing anticipation.

 

“Tonight, let us be children again,” Kirsch’s voice continued. “Let us lie out beneath the stars, with our minds wide open to all possibilities.” (more…)

Minggu

Minggu pagi-pagi (27/08) saya sudah berangkat menuju Bogor sambil menenteng longboard yang saya bawa dari kantor Senbaw. Sebagian latar langit masih oranye ketika saya menuju stasiun, dengan matahari mulai naik dari balik gedung-gedung tinggi di daerah Kuningan. Satu lagi kebahagiaan yang agaknya tak terlalu mahal: jalanan Jakarta yang tidak macet, dan kereta yang tidak terlalu padat. (more…)

100 Hari Bersama Indonesia Mengajar – Bagian 1 [Intro]

Saya sedang dalam perjalanan pulang setelah menyelesaikan satu semester lagi di Jakarta. Menyempatkan diri untuk singgah di kota Madiun dan berpindah ke kereta eksekutif, membuat saya punya keleluasaan untuk membuka komputer dan mengetik ini. Gerbong sepi, lansekap sawah sepanjang jalan pun tak terlihat bertepi.

 

Dada saya sesak, karena perasaan campur aduk antara ingin segera pulang dan tak rela meninggalkan pengalaman di belakang. Perasaan aneh ini adalah seperti ini ketika SMP, setelah jambore berhari-hari, menemukan teman baru berkali-kali, semakin akrab dari hari ke hari, lalu acara selesai, tiba-tiba saja pergi dan tak bertemu kembali. (more…)

Cerita Jobs di Upacara Kelulusan Stanford

Jika ada audio file yang sering saya putar berulang-ulang tapi bukan sebuah musik, itu adalah rekaman pidato Steve Jobs di upacara kelulusan Stanford University. Ia diundang menjadi tamu kehormatan oleh Stanford untuk memberi pesan-pesan kepada para wisudawan yang akan memasuki awal baru kehidupan pasca kuliah. Rekaman itu menjadi pengisi telinga saya selama di kereta atau perjalanan pulang sehari-hari. Kali pertama saya genap mendengarnya, rekaman itu langsung menjadi pidato favorit saya, mengalahkan pidato Severn Suzuki di sidang PBB dan beberapa koleksi pidato Obama. Sudah 12 tahun berlalu sejak kali pertama pidato itu dibacakan, dan 2 tahun sejak saya pertama kali mendengarnya –sangat terlambat, memang.

 

Yang membuat pidato itu menarik adalah sebab Steve menghabiskan 95 persen isi narasinya untuk bercerita. Tak ada satupun istilah ilmiah yang rumit. Hanya bercerita. Tapi isi dari cerita itulah yang menggerakkan ribuan wisudawan dan tamu di tribun yang hadir kala itu. (more…)

Catatan Pendakian

Gunung Arjuno. 12-14 Januari 2015.

3339 meter di atas permukaan air laut.

Dari sudut lembah hingga di atas awan.

Dikelilingi pemandangan indah luar biasa. (more…)

18 Sentimeter – #2 (Tamat)

Sentimeter pertama. Gambar pertama.

 

Aku mengenal gambar ini! Aku bahkan kenal betul dengan obyek nyata dari gambar ini! Komposisi warna alam: hijau, oranye, gelap, cokelat, biru. Pematang sawah sore hari dengan anak-anak bermain layang-layang! Memang seharusnya ini adalah gambar pertama, dengan sentimeter pertama pensilku waktu itu, karena ia sendiri yang meraut ujung utuhnya, kemudian menggambar dengan penuh semangat setelah sebelumnya menjadi anak yang super sungkan menggangguku untuk sekedar meminjam pensil. (more…)

18 Sentimeter

Temanku bilang, langit itu hidup.

Satu-satunya alasan kenapa ia berkata begitu,

adalah karena ia tidak melihat satu pun tanda,

bahwa langit itu sesuatu yang mati. (more…)