#works ~ 07 Jan 2018

Pertanyaan: Blockchain-Based Media, Memungkinkan?


Jika ada teknologi yang akan memiliki pengaruh sebesar internet dalam mengubah budaya masyarakat dalam dua dekade terakhir, itu adalah blockchain. Teknologi ini kini menjadi motor di balik distribusi mata uang digital (cryptocurrency) seperti Bitcoin dan beragam aset digital lainnya. Bahkan dalam perkembangan terakhir, pada bulan Mei Program Pangan Dunia (World Food Programme) PBB menggunakan Ethereum Blockchain untuk mendistribusikan 10.000 bantuan kepada para pengungsi Syiria, dilanjutkan dengan 100.000 bantuan berikutnya ke Yordania pada Agustus 2017.

Secara sederhana, blockchain adalah teknologi rekaman informasi digital yang digandakan dan terdistribusi di antara para pemilik data/informasi serta diamankan menggunakan kriptografi. Ibarat sebuah buku catatan, blockchain disalin di dalam jaringan komputer para pengguna yang memiliki kepentingan terhadap informasi buku catatan tersebut. Semua pengguna bisa membuka buku tersebut, dan apabila catatan diperbarui maka seluruh catatan di dalam jaringan tersebut akan diperbarui secara bersamaan, tetapi data tersebut tidak dapat diubah ke versi sebelumnya. Apabila terdapat modifikasi data di dalamnya, verifikasi dilakukan secara konsensus dengan mengacu versi data-data yang ada di komputer yang lain dalam jaringan. Dengan sistem verifikasi terdesentralisasi dan pengamanan kriptografi, teknologi ini bersifat aman dan valid by design.

Saat ini aplikasi teknologi blockchain masih dieksplorasi pada ranah surat-surat digital seperti identitas digital, surat kontrak, pemungutan suara digital, dan kenotariatan yang terdesentralisasi. Namun apabila adaptasi teknologi ini sudah meluas, sangat terbuka untuk diadopsi sebagai medium distribusi informasi yang sifatnya publik, seperti berita digital. Sebagai gambaran, block berita pertama-tama diunggah oleh seorang jurnalis ke jaringan para pelanggan/pembaca. Semua pembaca memiliki salinan informasi yang sama persis, dan bisa berkontribusi untuk memperbarui berita tersebut. Namun apabila ada seorang oknum yang mencoba untuk menghapus sebagian informasi, hal ini tidak dimungkinan sebab adanya keamaan kriptografis. Di sisi lain, apabila ada oknum yang ingin mengubah salah satu informasi berita tersebut, maka otomatis perubahan tersebut akan terdeteksi di seluruh komputer yang lain dalam jaringan, dan akan dilakukan validasi dengan konsensus menurut informasi yang ada di komputer-komputer yang lain. Secara bertahap, mekanisme distribusi berita dengan blockchain akan membuka kesempatan bagi jurnalis profesional untuk berkolaborasi dengan publik (citizen journalism) tanpa mengurangi validitas informasi. Kelebihan yang lain, adanya sistem verifikasi informasi secara terbuka dan bersama-sama dalam jaringan berita yang menggunakan blockchain, akan membuat penyebaran berita palsu (fake news) atau hoax menjadi tidak dimungkinan.

Teknologi ini sudah ada di depan mata. Penerapan dan pembuktian keamanannya pun telah berlangsung dalam dekade terakhir, menjadi wadah pertukaran aset digital yang notabene adalah sektor yang mensyaratkan keamanan tingkat tinggi. Hanya masalah waktu bahwa penerapan teknologi blockchain akan merambah ke sektor-sektor strategis yang lain, terutama berita. Sayangnya di Indonesia, adopsi teknologi ini tak akan dilakukan oleh media-media besar yang dikuasai oleh penguasa politik, sebab mereka tak akan menginginkan teknologi berita yang menghalangi proses penyetiran isu di masyarakat.

Tapi Indonesia punya harapan. Sejak masa Orde Baru, Indonesia punya beberapa media yang lekat citra dan semangatnya dengan jurnalisme yang mengedepankan akurasi dan kebenaran informasi. Kini di tengah maraknya penyebaran berita palsu akibat mudahnya para pengguna internet untuk mengarang dan menyebarkan informasi, media-media tersebut perlu untuk maju kembali sebagai media yang memimpin tren media terpercaya. Langkah tersebut bisa diawali dengan membangun sebuah media berita online pertama yang mengadopsi teknologi blockchain. Dengan memanfaatkan teknologi tersebut dalam publikasi berita-berita, media di Indonesia akan menjadi pionir tak hanya dalam perihal inovasi teknologi, tetapi juga pionir dalam hal budaya kebenaran informasi di dunia digital. Ini akan mengubah wajah media di Indonesia, selamanya.

Pertanyaannya: Apakah imajinasi di atas  feasible untuk dilaksanakan?


Headshot of Al Harkan

Hi, I'm Al, a Data Analyst and Media Researcher based in Indonesia. You can follow me on X/Twitter, see some of my work on GitHub, or connect with me on LinkedIn.