Al Harkan

Socials

Twitter

Instagram

LinkedIn

Contact

Archive

Blog

Stories

Threads

Shorts

Works

Search

Gadis 17 Tahun Peraih Nobel Perdamaian – Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Malala Yousafzai

10 Oktober kemarin dunia dibuat terkesima oleh seorang gadis dari Pakistan. Pasalnya Malala Yousafzai, seorang gadis 17 tahun menjadi peraih hadiah Nobel Perdamaian bersama  Kailash Satyarthi, seorang aktivis hak anak-anak dari India. Penghargaan itu mengantarkannya sebagai peraih hadiah Nobel termuda sepanjang sejarah.

 

Prestasi itu tentu tak instan ia dapatkan. Pada usianya, Malala sebelumnya memang telah dikenal luas sebagai seorang aktivis Pakistan untuk hak-hak pendidikan kaum wanita. Banyak rintangan dan pengorbanan yang ia hadapi untuk misi itu. Berikut cuplikan kisahnya bersama dengan hikmah apa yang dapat diambil.

 

Berani Menyuarakan Pendapat demi Kebenaran

Ketika para pejuang Taliban lokal di provinsinya meralang keras anak perempuan untuk bersekolah, Malala justru maju ke depan dan bertindak menjadi advokat untuk mewujudkan hak-hak pendidikan bagi perempuan. Pada akhirnya, berkat keteguhan usaha tersebut akhirnya advokasi Yousafzai berkembang menjadi sebuah gerakan internasional.

 

Tak Ragu untuk Bermimpi dan Beraksi

Bagi kebanyakan dari kita, seorang diri menghadapi intimidasi militer akan membuat kita gentar dan mengurungkan niat. Tapi Malala tak sekejap pun berpikir bahwa mimpinya untuk mewujudkan kesetaraan hak pendidikan perempuan terlalu besar dan khayal, dan tak gentar untuk beraksi dari mimpi itu. Apakah kita bisa menyaingi keberanian seorang Malala, bahkan untuk sekedar bermimpi? *Tentu.

 

Memaafkan

Karena aktivitasnya menentang Taliban, Malala pernah ditembak dalam perjalanan pulang dari sekolah. Kala itu Taliban berusaha untuk membunuh Malala, tetapi balas dendam bukanlah hal yang terlintas dalam benak Malala.

 

“Since I was a little kid, my mom has always said that hating is just a waste of energy. It doesn’t benefit anyone and it’s a waste of time.”

 

Pantang Menyerah

Malala pernah bercerita dalam sebuah wawancara, bahwa ketika kita memutuskan untuk menyerah berjuang, lantas apakah kita hanya akan membiarkan begitu saja orang lain hak-haknya tertindas oleh kekerasan?

 

“Jika kalian peduli atas sesuatu, atau seseorang, apapun yang terjadi, jangan pernah menyerah! Mantapkan kembali motivasi untuk kembali berjuang.”

 

Jika Malala mampu, maka kita pun juga mampu.

 

Bersikap Sederhana

Pasca tertembak oleh pejuang Taliban, PBB menetapkan 12 Juli sebagai Hari Malala. Dalam penetapan tersebut, Malala membuka dengan pernyataan:

“Hari Malala bukanlah hari saya pribadi. Hari ini adalah hari milik semua perempuan dan laki-laki yang mengeraskan suara mereka demi hak-hak mereka. Ada ratusan aktivis HAM dan pekerja sosial yang mereka tak hanya berbicara demi HAM, tetapi juga tengah berjuang untuk mencapai pendidikan, perdamaian dan kesetaraan. Ribuan orang terbunuh oleh teroris dan jutaan lain terluka. Saya hanyalah salah satu di antaranya.”

 

Selalu Bersyukur

Apakah kita mengeluh hari ini? Kemarin? Dan hari-hari sebelumnya?

Kebanyakan dari kita bahkan belum menghadapi kesulitan seperti Malala. Yang tiap berangkat dan pulang sekolah harus menghadapi bahaya Taliban, diintimidasi dalam berbagai cara, hingga ditembak, dan masih saja Malala mampu bersyukur. Ini adalah kunci kita mampu berhasil untuk menghadapi kesulitan hidup. (y)

 

Tak Ragu Menolong Sesama

Kebanyakan dari kita mungkin masih terbatas untuk memberi kecukupan pada diri sendiri, yang pada akhirnya melupakan kita untuk menolong orang lain. Tapi ada sebuah fenomena unik yang ini terbukti benar kepada siapapun: Semakin besar pengorbanan yang kita lakukan untuk menolong orang lain, asalkan dengan itikad yang tulus, maka akan semakin besar kebahagiaan dan kepuasan yang kita terima.

Tak percaya? Padahal kita pasti pernah mengalaminya, seperti ketika menolong teman, saudara, atau orangtua kita.

 

Keberanian dan Kekuatan

Tak ada orang yang tak memiliki sisi ketakutan, atau juga sisi kelemahan. Kita semua memiliki rasa takut terhadap sesuatu, dan kelemahan untuk melakukan sesuatu. Begitu juga Malala. Ia memiliki ketakutan dan kelemahan yang sama sebagaimana kita, tapi yang membedakan ialah: ia mengubah kelemahan itu menjadi kekuatan, dan mengubah rasa takut menjadi keberanian. Kedua hal itu dapat ia lakukan sebab ia tahu dan yakin bahwa hal yang ia perjuangkan adalah hal yang benar!

 

Tak Pernah Meragukan Karyamu akan Membawa Dampak kepada Dunia

Semua manusia dari 7 miliar populasi dunia memiliki impian yang unik untuk diwujudkan, dari bakat yang kita miliki, untuk ditawarkan dan memberi manfaat kepada dunia. Apa yang membedakan mana di antara kita yang berhasil mewujudkan impian itu, dengan orang lain yang ‘seperti’ tak kelihatan sama sekali wujud dari impiannya? Yang pertama adalah keyakinan.

 

Jika kita sendiri tak yakin pada impian kita, bagaimana kita bisa melangkah untuk mengawali dan mewujudkan impian itu? Yakin adalah kunci pertama untuk mewujudkan impian.

 

*credit image: bbc.com

#